RP 35.000
JL BALAIDESA NO 28 JATI RASA, JATI ASIH BEKASI
Menurut Erwin, panen kopinya tahun ini didukung oleh kondisi cuaca yang mengikuti panen 2018. Curah hujan tidak terlalu tinggi dan matahari tidak terlalu panas.
"Panen dimulai sekitar seminggu sebelum Lebaran kemarin dan akan berlanjut hingga Agustus mendatang," katanya kepada Gatra.com saat pertemuannya di area pemanggangan kopi Cipamokolan, Bandung.
Menurut Erwin, kondisi cuaca setelah panen tahun lalu membuat kopi hari ini lebih baik dari tahun sebelumnya, atau dua tahun lalu. Ketika petani kopi di Jawa Barat mengalami kegagalan panen massal karena curah hujan yang berlebihan
Sejak mulai menggarap kopi di desa Palintang, Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, pada 2014, Erwin mengaku telah melakukan banyak perbaikan. Apa yang dia lakukan untuk menjaga kualitas kopi yang akan dia jual dalam bentuk kacang hijau sampai dipanggang.
"Tahun 2015 adalah yang paling parah, karena asalnya, rumah bunga diambil, jadi ketika dipanen pada tahun berikutnya, butuh banyak waktu," katanya. dia menyatakan.
Selain itu, kondisi alam juga membuat panen tidak stabil. Bisa jadi dalam satu tahun, Erwin hanya menerima 80 kg ceri merah dari lebih dari 1000 pohon kopi, seperti pada 2017.
"Itu karena kondisi cuaca ekstrem, curah hujan deras dan angin kencang, sehingga banyak buah akan jatuh," katanya.
Meskipun panen tahun lalu menambahkan Erwin, itu lebih baik. Tetapi hasilnya kurang dari satu ton. Bahkan, ia harus bisa mendapatkan dua ton ceri merah selama panen.
Selain mengandalkan cuaca, penanam kopi Erwin sering menggunakan pupuk organik untuk kopinya. Selain dapat dengan mudah memperoleh kotoran kambing, ia berharap pupuk alami tidak mencemari buah atau alam kopi.
"Jika Anda terlalu banyak mengonsumsi kopi yang mengandung bahan kimia, itu juga mengerikan," pungkasnya.
Baca Juga :
Reviews:
Posting Komentar