RP 35.000
JL BALAIDESA JATI RASA, JATI ASIH BEKASI
JUAL KOPI - Kurangnya pengetahuan yang terkait dengan tes mencicipi masih menimbulkan ancaman untuk menipu perantara pada petani kopi. Sebagai hasilnya, Departemen Pertanian Kabupaten Bandung (Distan) terus memperkuat pemahaman petani tentang uji rasa tanaman mereka.
Tisna Umaran, Kepala Distrik Bandung, mengatakan uji rasa adalah salah satu keterampilan yang sekarang harus dikuasai petani kopi. "Selain memungkinkan mereka menghasilkan kopi berkualitas tinggi, pengetahuan ini juga dapat mencegah mereka menyesatkan kolektor yang tidak bertanggung jawab," katanya setelah lokakarya pengujian kualitas kopi Hotel Sahid Soreang. , Selasa, 6 Agustus 2019.
Menurut Tisna, sebagian besar kopi yang diproduksi petani di Kabupaten Bandung sudah berkualitas tinggi. Terbukti dengan skor khusus rata-rata yang mencapai 85.
Meski demikian, Tisna mengakui masih ada petani yang belum menguasai uji rasa. Akibatnya, mereka masih sering ditipu oleh kolektor yang mengklaim bahwa hasil produk mereka berkualitas buruk dan karena itu mereka dapat membelinya dengan harga murah.
Tisna tidak menolak jika pengetahuan tentang tes pencicipan dapat membuat petani atau kelompok tani berpartisipasi dalam kontes khusus untuk meningkatkan citra produk mereka. "Kebetulan, pada Oktober 2019, Kabupaten Bandung akan menyelenggarakan kompetisi kopi spesial di tingkat nasional," katanya.
Di sisi lain, Tisna berharap bahwa lebih banyak petani yang akan menguasai tes rasa akan dapat memberi kopi Kabupaten Bandung rasa khas yang tidak dimiliki oleh bagian lain di dunia. Ini sesuai dengan harapan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, yang ingin mencicipi kopi khas "Jabarano".
"Sebagai daerah penghasil kopi terbesar di Jawa Barat, kami ingin menawarkan rasa khas yang diharapkan untuk kopi" Jabarano "- jangan lewatkan Americano, Exelco, atau lainnya," kata Tisna.
Tisna menambahkan, saat ini Kabupaten Bandung dapat menghasilkan sedikitnya 2.500 ton kopi per tahun. Jumlah tersebut berasal dari sekitar 11.000 hektar yang dikelola oleh 246 kelompok tani dengan 15 hingga 25 petani.
Meskipun tidak ada yang dapat menyangkal bahwa masih ada petani yang menjual kopi dalam bentuk ceri, Tisna mengklaim bahwa sebagian besar petani kopi di Kabupaten Bandung telah menjual hasil panen mereka sebagai biji yang diproses dari minimum hijau. . "Ini telah meningkatkan nilai ekonomi tanaman karena harga ceri hanya 9.000 rupee sementara kacang hijau bisa mencapai setidaknya 95.000 rupee per kilogram," katanya.
Petani berlatih menguji rasa kopi di sebuah lokakarya yang diselenggarakan oleh Departemen Pertanian Kabupaten Bandung di Hotel Sahid di Soreang pada hari Selasa, 6 Agustus 2019. Pengetahuan tentang Pengujian Rasa harus mencegah petani dari gelombang pasang kolektor mencari harga jual rendah. * / HANDRI HANDRIANSYAH / Pekerjaan Rumah
Pada saat yang sama, seorang petani kopi dari Ciwidey Dudi (49) mengatakan ia menghargai keputusan Kabupaten Bandung untuk terus meningkatkan persepsi petani tentang rasa. Masalahnya adalah dia tahu masih ada petani yang ditangkap oleh pengumpul karena mereka tidak mengerti bahwa panen mereka rasanya enak.
"Masih ada petani yang tidak mengerti rasa pahit, rasa asam dari kopi yang baik, dan mereka terpaksa menjual produk-produk dengan harga rendah karena pembeli mengatakan kopi mereka tidak enak, pahit, atau pahit. terlalu asam, "kata Dudi.
Para petani Gunung Puntang Ayi Suteja (54) mengungkapkan perasaan yang sama. Dia mengatakan bahwa tes rasa adalah pengetahuan yang dibutuhkan produsen kopi.
"Sampai saat ini, banyak petani masih belum memahami sejauh mana kualitas kopi yang mereka hasilkan, jika tidak para petani berjuang untuk mengembangkan kualitas kopi mereka dan tidak diposisikan dengan baik. perdagangan untuk menentukan harga jual, "kata Ayi.
Sementara itu, kata Ayi, petani didorong untuk menjual kopi olahan untuk memiliki nilai ekologis
Baca Juga :
Reviews:
Posting Komentar